Friday, March 25, 2011

WELCOME to Robby

"Anjing tuh Boss-ku!!" Umpat Robby, salah satu temanku yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di bilangan Jakarta Selatan.

"Kenapa sih, Rob? Udah sambil duduk, sini.." Kataku sembari menarik sebuah kursi dan meletakkan di hadapanku, aku berusaha untuk menenangkan dia.

"Gak jelas masalahnya apa, ngomel-ngomeeel melulu." Kata dia mulai membuka masalahnya. Aku memperbaiki posisi mencondongkan badanku ke arahnya dan menatap dia, tanda aku tertarik dengan apa yang dia sampaikan.

"Kadang dia marah untuk hal-hal kecil atau malah hal-hal yang aku sendiri gak tahu jelas apa masalahnya. Paling jengkel, kalau dia marah tapi gak peduli apakah masalah itu ada sangkut pautnya denganku atau tidak." Kata Robby berapi-api. Kusodorkan sebotol air mineral yang sejak tadi aku beli dari sebuah swalayan di sebelah tempat kerjanya. Setelah meminumnya beberapa teguk, terlihat dia sudah mulai tenang.

Sebenarnya Robby baru saja ditelfon oleh Boss-nya yang sedang berada di kantor pusat, Boss-nya marah-marah lagi hanya karena urusan sepele, panjang lebar omelan Boss-nya harus Robby dengar.

"Aku jadi serba salah, Mas. Mau jawab salah, tidak jawabpun dianggap tidak mendengarkan, ya jadinya salah juga." Keluhnya lagi.

"Kalau ngomong seenaknya saja, seperti gak ada filter di otak dan mulutnya, nyerocos saja gak brenti-brenti!" Aku membiarkan Robby untuk terus saja bicara melepaskan uneg-unegnya, kasihan kalau terpendam terus di pikiran dia pikirku.

"Tapi anehnya, kalau Boss-ku ketemu Klien, dia tuh sangat ramah orangnya, sangat bersikap baik dan terlihat sopan." Imbuhnya.

Sampai di rumah, sebelum masuk, aku injak dan bersihkan telapak sepatuku di atas sebuah jalinan sabut kain bertuliskan WELCOME di depan pintu. Melihat "keset" itu, Aku jadi kepikiran dengan cerita Robby siang tadi.

"Kok sama, ya?" Pikiranku mulai bereaksi lagi. Benar, aku jadi membayangkan jika salah satu peran Robby di tempat pekerjaannya sama seperti keset tadi, ditaruh di depan pintu masuk, digunakan untuk membersihkan kotoran di telapak sepatu, biar lantai di dalam ruangan tidak kotor. Aku analog-kan keset itu dengan peran Robby di tempat kerjanya, Robby berperan untuk mendengarkan omelan Boss-nya, biar uneg-uneg di hati Boss hilang, dan pada akhirnya ketika bertemu dengan Klien-nya, Boss bisa berkomunikasi lebih nyaman.

Segera aku telfon Robby, dan aku sampaikan apa yang sedang aku pikirkan.

"Wah, beneran ANJING tuh Boss-ku!!" Umpat Robby dari seberang telfon.

Jakarta, 20 Maret 2011
Sing sabar yo, Mas..

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home